SIFAT-SIFAT ROSUL ALLAH
Shiddiq
Shiddiq artinya benar.
Bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar. Sejalan
dengan ucapannya. Beda sekali dengan pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya
kata-katanya yang manis, namun perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
Mustahil Nabi itu
bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.
وَمَا
يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
Dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
إِنْ
هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ
Ucapannya itu tiada lain
hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya” [An Najm 4-5]
Amanah
Amanah artinya
benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya
orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh
karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al
Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun
yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah
orang yang pembohong
Tabligh
Tabligh artinya
menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh
Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.
لِّيَعْلَمَ أَن قَدْ
أَبْلَغُوا۟ رِسَٰلَٰتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَىٰ كُلَّ
شَىْءٍ عَدَدًۢا
“Supaya Dia mengetahui,
bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya,
sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia
menghitung segala sesuatu satu persatu.” [Al Jin 28]
“Dia (Muhammad) bermuka
masam dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa 1-2]
karena telah datang seorang buta kepadanya” ['Abasa 1-2]
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa firman Allah S.80:1 turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum
yang buta yang datang kepada Rasulullah saw. sambil berkata: “Berilah petunjuk
kepadaku ya Rasulullah.” Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para
pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan
tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: “Apakah yang
saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab: “Tidak.” Ayat ini
(S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan Rasulullah saw.
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari ‘Aisyah. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya’la yang bersumber dari Anas.)
Sebetulnya apa yang
dilakukan Nabi itu menurut standar umum adalah hal yang wajar. Saat sedang
berbicara di depan umum atau dengan seseorang, tentu kita tidak suka
diinterupsi oleh orang lain. Namun untuk standar Nabi, itu tidak cukup. Oleh
karena itulah Allah menegurnya.
Sebagai seorang yang
tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Nabi Muhammad tetap menyampaikannya
kepada kita. Itulah sifat seorang Nabi.
Tidak mungkin Nabi itu
Kitman atau menyembunyikan wahyu
Fathonah
Artinya Cerdas. Mustahil
Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian
menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar
biasa.
Nabi harus mampu
menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk ke
dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan
cara yang sebaik-baiknya.
Apalagi Nabi mampu
mengatur ummatnya sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah-belah serta
saling perang antar suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan
dalam 1 negara yang besar yang dalam 100 tahun melebihi luas Eropa.
Itu semua membutuhkan
kecerdasan yang luar biasa
0 comments:
Post a Comment